Friday, April 17, 2009

Play off NBA

Silahkan lihat disini :

<

Thursday, November 27, 2008

Monday, November 17, 2008

Partai, ... jalan untuk menuju istana!!!

Gatal euy pengin nulis lagi.
Saat ini mulai persiapan menuju pesta demokrasi tahun 2009. Sudah banyak partai maupun individu yang 'go public', agar sesegera mungkin dikenal masyarakat, dengan harapan akan partisipasi mereka untuk memilih partai atau individu tersebut. Yang individunya, baik yang mau jadi eksekutif maupun legislatif.
Dengan dikeluarkannya daftar caleg masing2 partai, dipinggir jalan bertebaran promosi, Saya si Fulan dari partai ANU, nomor pilihan SEKIAN, Daerah pilihan INI SEKIAN, didukung oleh atasan/ ketua partai Bapak ITU Yth., kira2 begitu bunyinya.
Pertanyaan saya paling cepat muncul dalam benak, adalah "Apa yang dibawa si Fulan tsb untuk membuat daerah INI SEKIAN menjadi punya nilai lebih?"
Semua memang punya motto dan jargon, tapi apakah cukup amunisi itu saja yang dibutuhkan untuk membuat daerah lebih maju? Jawabannya semua orang pasti tahu.
Nah yang cukup membuat prihatin adalah gejala ini juga terjadi untuk pemilihan RI-1. Coba kita list beberapa nama yang sudah mulai unjuk gigi bahwa beliaunya akan mencalonkan diri sebagai RI-1 : Megawati SP, SBY, Rizal M, Sutrisno B, Wiranto, Prabowo, dll.
Kira2 apa perbedaan diantara mereka yang dibawa sebagai "sangu" (bekal) maju jadi Capres. Kalo menurut saya mereka itu membawa hal yang sama, yaitu memberantas kemiskinan, membuka lapangan pekerjaan, menggratiskan pendidikan, dan memurahkan kesehatan. Terus kalo semuanya sama, kita harus pilih siapa? Jadi bingung euy ...
Kalo di Amerika Serikat, calon presiden bener2 mempunyai visi dan misi yang sangat berlainan, sehingga pemilih benar2 menetapkan pilihan berdasarkan ketetapan, keman negara itu mau dibawa. Nah kalo disini .... (geleng2 kepala).
Pertanyaan lain yang muncul adalah, "Kalo mereka punya platform yang sama, kenapa tidak koalisi aja, pilih satu orang yang paling mumpuni?" Toh siapapun yang jadi presiden, apa yang dimaui sudah di adop untuk dilaksanakan. Untuk apa lagi ngotot? (begitu pikiran sederhana saya).
Jadi kesimpulannya, bukan visi/misi yang membuat seseorang menjadi RI-1, tapi partailah yang dibawa, sehingga konsekuensinya, ketika memimpin jelas masih dalam bayang2 partai. Apakah ini salah?, sikap ini sebenarnya mnusiawi banget, yang salah adalah sistem yang berjalan yang membuat jalan ini memungkinkan.

Thursday, June 28, 2007

Kecerdasan vs Ketrampilan

Ceritanya begini, Si A yang saat kuliah ber IPK rendah, merasa IPK tinggi tidak diperlukan di dunia kerja, tapi ketrampilanlah yang menentukan. Si A mengambil contoh Si B yang ber IPK tinggi, saat masuk kerja pertama kali terlihat bloon dan tidak bisa kerja, sementara si A yang ber IPk rendah langsung bisa tune in dengan kerjaan. Alasan kenapa si A ber IPK rendah, karena saat kuliah dia tidak hanya mikirin pelajaran saja, tetapi dia banyak bergaul dengan orang-orang praktisi, sehingga biarpun IPK-nya rendah tetapi dia sudah punya bekal ketrampilan yang langsung tune in dengan pekerjaan.
Nah benarkah IPK tinggi tidak begitu dibutuhkan saat kerja? Bukankah kita selalu melihat bahwa IPK dijadikan tolok ukur suatu perusahaan untuk menerima karyawannya?
Menurut saya, memang tolok ukur terdefinisi yang paling mudah untuk menerima fresh graduate adalah IPK, karena IPK menunjukan bahwa orang tersebut ketika mengerjakan sesuatu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan all out. Hal ini terbukti dengan nilai yang diperolehnya tinggi. Sehingga saat memasuki dunia kerja, memang kemungkinan untuk pertama kalinya apa yang diperoleh dari kuliah tidak bisa diterapkan begitu saja, tetapi dengan kesungguhan dan all out-nya pasti akan membantu dia untuk memahami posisi dan sikon di lingkungan kerja.

Bersambung ......

Friday, June 15, 2007

Bagaimana menghadapi masalah?

Dalam kehidupan, orang tidak akan pernah lepas dari suatu masalah, yang sudah tidak mempunyai masalah lagi adalah orang yang sudah meninggal. Jadi dalam hal ini kehidupan itu sendiri adalah suatu masalah.
Dalam filosofi Jawa, dalam menghadapi masalah ini kita dapat menrapkan 2 hal untuk dapat mengatasinya.
Yang pertama kita harus tatag, teteg, titis, titen. Arti kata satu persatu adalah sebagai berikut :
  • tatag, berarti ketika mendapat masalah kita harus berani menghadapinya, tidak menghindarinya. Yang terpenting adalah berusaha untuk menyelesaikannya.
  • teteg, berarti kita harus tabah menjalaninya, agar ketika kita menyelesaikan masalah tersebut tidak berdasrkan emosi sesaat, saja, tapi benar-benar merupakan solusi yang paling pas untuk masalah tersebut.
  • titis, artinya menyelesaikan masalah langsung pada permasalahannya, tidak seperti pepatah "mau menangkap tikus dengan cara membakar rumah". Jadi seperti menangkap ikan tetapi air tidak keruh.
  • titen, berarti kita harus temu kenali masalah dengan baik, jangan-jangan kita merasa masalah sudah selesai, tapi yang sebenarnya masih belum tuntas.
Yang kedua adalah rereh- ririh, yang berarti adalah sebagai berikut :
  • rereh, berarti menerima dan menyelesaikan masalah dengan hati yang tenang dan sabar, agar tidak terburu napsu.
  • ririh, berati menyelesaikan masalah tidak terburu-buru, tapi pasti. Dalam filosofi Jawa yang lain disebutkan "alon-alon waton kelakon" (pelan-pelan asal selamat).
Demikian tulisan ini semoga bisa membantu.